online stats

ADS

Label

Download ..........

Download File :

Selasa, November 10, 2009

Jejak Islam di Luar Angkasa

Bukti Sejarah

Di perpustakaan Eropa, kita bisa menemukan bukti bahwa sumbangsih ilmuwan Muslim dalam ilmu luar angkasa bukan omong kosong. Khususnya yang berkaitan dengan penamaan bintang. Seorang penulis Barat bernama Paul Kunitzsch menemukannya dalam buku Almagest karya Ptolomeus tentang penamaan bintang "Fomalhault" . Nama itu berasal dari bahasa Arab, "famul haut" yang berarti mulut ikan hiu. Muslim Heritage Foundation bahkan mencatat ratusan nama bintang yang berasal dari Bahasa Arab.


Tapi begitulah siklus kehidupan yang diinginkan pencipta-Nya. Allah akan mempergilirkan kejayaan itu berdasarkan usaha dan kerja keras setiap kaum. Itulah yang terjadi pada rezim Abbasiyah. Pemerintahan yang semakin melemah memaksa perkembangan ilmu pengetahuan kembali masuk ke jalur lambat. Apa yang telah dirintis oleh para ilmuwan kita seolah kehilangan induknya karena tak lagi mendapat nafkah perhatian yang memadai. Salah satu yang mengalami nasib malang itu adalah ilmu angkasa luar.


Lahir kembali

Berabad abad terlelap tidur, akhirnya kejayaan Islam di luar angkasa yang nyaris terkubur itu seolah lahir kembali. Sultan Salman Abdul Aziz adalah aktor utamanya. Pria berkebangsaan Arab Saudi ini tak lagi mengamati ciptaan Allah di luar angkasa dari bumi. Ia melihatnya dalam radius yang lebih dekat. Pada tahun 1985, ia berangkat ke luar angkasa sebagai peneliti mewakili organisasi satelit Arab. Keberangkatannya tentu saja mengangkat prestise umat Islam di dunia internasional. Pasalnya, pria yang tak lain cucu pendiri Kerajaan Arab Saudi ini menjadi orang Islam pertama yang berhasil menembus luar angkasa. Ia melayang di dunia yang sangat asing ini selama delapan hari. Sepulang dari luar angkasa Sultan bukannya istirahat. Pria kelahiran Riyadh, 27 Juni 1956 ini bersama beberapa orang temannya, langsung mendirikan Association of Space Explorers. Lembaga bertaraf internasional ini mewadahi para astronot yang pernah mengangkasa. Sultan menjadi orang penting di dalamnya. Keinginan mengembalikan kejayaan Islam di luar angkasa juga ikut menjalar sampai ke negeri jiran. Pemerintah Malaysia selalu menunggu waktu yang tepat untuk mengirim putra terbaiknya ke luar angkasa. Dan saat yang dinanti pun tiba. Pada tahun 2005, pemerintah Malaysia memutuskan untuk membuat program mengirim angkasawan ke Rusia. Mereka belajar di sana sebelum terbang. Rencana besar ini tidak dilakukannya dengan sembrono. Pendaftaran memang terbuka, tapi seleksinya diperketat. Jumlah pendaftar mencapai 11.000 orang. Mereka mengikuti sembilan tahap seleksi, sampai akhirnya hanya terpilih sepuluh di antara mereka yang layak pergi ke Rusia untuk memperdalam ilmu angkasa di sana. Dari sepuluh orang yang dikirim, Rusia memutuskan untuk memilih satu saja di antara mereka yang layak pergi menjalankan misi di luar angkasa. Keberuntungan itu jatuh pada Dr Sheikh Muszafhar Shukor. Pria yang sehari-harinya bekerja di sebuah rumah sakit di Malaysia, berhasil menyisihkan ribuan pesaingnya. Ia akhirnya meluncur ke angkasa pada tanggal 10 Oktober 2007 lalu. Sesuai dengan keahliannya sebagai dokter bedah ortopedik, di luar angkasa ia menjalani eksperimen yang terkait dengan bedah tulang.

Shalat di Luar Angkasa

Penelitian bukanlah satu-satunya misi Sheikh Muszafhar di luar angkasa. Ia juga membawa misi relijius yang sangat penting. Ia ingin melaksanakan shalat di luar angkasa, sekaligus mengabarkan kepada dunia bahwa shalat adalah ibadah yang sangat agung. Ibadah yang tidak boleh ditinggalkan kapan dan di mana saja, termasuk ketika berada di luar angkasa. Bersama tiga astronot lainnya, ia mengangkasa selama 12 hari. Waktu itu umat Islam di bumi sedang menjalankan ibadah puasa. Sebagai orang Islam, Sheikh tetap menjalankan ibadah itu meski berada ribuan mil dari bumi. Dan ia mengaku, berpuasa di langit jauh lebih nyaman dan khusyuk. Selain karena tidak merasa haus, lapar, atau lelah, ia juga bisa melihat beragam tanda-tanda kekuasaan Allah. Di angkasa, Sheikh menjalankan sejumlah eksperimen yang diamanahkan kepadanya. Di atas sana, ia menjalankan fungsinya sebagai dokter dengan penelitian-penelitian biologis dan kimiawinya. Menurut Sheikh, 12 hari ternyata tidak cukup panjang untuk menjalankan semua eksperimennya. Sheikh tidak bisa menyembunyikan rasa puas dari perjalanannya ini. Bukan saja karena ia berhasil melakukan penelitian, sebagaimana yang ia rencanakan. Di luar angkasa ia bisa menjumpai banyak sekali tanda kekuasaan Allah. Yang tak mungkin terlupakan, ketika ia mendengar suara adzan di sana. "Saya seperti menemukan kedamaian yang berbeda. Percaya atau tidak, di hari terakhir sewaktu kami hendak turun ke bumi, saya mendengar suara adzan," kisahnya. Rasa syukur dan senang Sheikh semakin berlipat karena ia merasa keberangkatannya tak sekedar mewakili negaranya, tapi juga dunia Islam. [Ahmad Rifa'i/Sahid/www.hidayatullah.com]

Sumber -> HTTP://www.hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar